Berita Terupdate – Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) telah menjatuhkan sanksi berat kepada tim nasional wanita Kanada menyusul skandal penggunaan drone untuk memata-matai lawan. Pelatih kepala, Bev Priestman, dilarang beraktivitas setahun, sementara timnas Kanada kehilangan enam poin dari klasemen grup Olimpiade.1
Skandal Mata-Mata Timnas Kanada
Insiden ini terjadi sebelum dimulainya turnamen sepak bola Olimpiade. Sebuah drone diterbangkan di atas sesi latihan timnas Selandia Baru, yang kemudian mengajukan protes resmi. Seorang analis tanpa akreditasi, Joseph Lombardi, ditangkap oleh pihak berwenang Prancis setelah merekam sesi latihan Selandia Baru lainnya. Lombardi dan asisten pelatih Jasmine Mander segera dipecat dari tim Olimpiade, sementara Priestman diberikan skorsing sementara.
FIFA telah melakukan investigasi mendalam terhadap kasus ini dan menjatuhkan sanksi yang cukup berat. Selain larangan bagi Priestman dan pengurangan enam poin, FIFA juga menjatuhkan denda sebesar 200.000 franc Swiss (sekitar Rp3,3 miliar) kepada Asosiasi Sepak Bola Kanada (CSA).
Reaksi Pihak Terkait
FIFA menyatakan bahwa CSA bertanggung jawab karena gagal memastikan kepatuhan para ofisial tim terhadap larangan penggunaan drone di area latihan. Baik CSA maupun para ofisial yang terlibat dinyatakan melanggar prinsip fair play.
CEO CSA, Kevin Blue, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sanksi yang dijatuhkan FIFA. Ia berpendapat bahwa sanksi tersebut terlalu keras, terutama bagi para pemain yang tidak terlibat dalam tindakan tidak etis. CSA berencana mengajukan banding atas keputusan ini.
Dampak Sanksi Terhadap Timnas Kanada
Meskipun kehilangan enam poin, timnas Kanada masih memiliki peluang untuk lolos dari fase grup Olimpiade. Sistem kompetisi yang mirip dengan Euro 2023 memungkinkan tim peringkat ketiga untuk melaju ke babak selanjutnya. Namun, Kanada harus memenangkan setidaknya satu pertandingan sisa untuk menjaga peluang tersebut.
Sanksi ini tentu menjadi pukulan besar bagi timnas Kanada, yang sebelumnya berhasil meraih medali emas Olimpiade pada tahun 2021. Skandal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang etika dalam dunia sepak bola dan pentingnya menjaga sportivitas dalam kompetisi.
BACA JUGA : Manchester City Siapkan Pengganti Kevin De Bruyne